Status Facebook Bantu Pahami Gangguan Kesehatan Mental

53
header-img
  • Jejaring sosial dapat menjadi sarana di masa depan untuk mengobati penyakit mental, terutama di kalangan anak muda.
  • Facebook membantu mereka yang bermasalah soal harga diri dan memberikan persahabatan di saat terisolasi secara sosial.

noDokter - Pembaruan status Facebook Anda, tanda 'suka' dan bahkan foto dapat membantu para peneliti lebih memahami gangguan kesehatan mental. Jejaring sosial di masa mendatang dapat menjadi sarana untuk mengobati penyakit mental, terutama di kalangan anak muda.

"Facebook sangat populer dan dapat memberi kami banyak data untuk meningkatkan pengetahuan kami tentang gangguan kesehatan mental. Misalnya depresi dan skizofrenia," kata penulis utama sebuah studi baru, Becky Inkster dari Universitas Cambridge, seperti dikutip Boldsky.

Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia menggunakan Facebook setiap hari, yang artinya satu dari tujuh populasi global. Penggunaan media sosial juga meningkat tiga kali lipat dari tingkat penggunaan internet lainnya.

"Jangkauannya juga sangat luas, membentang melintasi kesenjangan digital hingga kelompok yang secara tradisional sulit terjangkau. Termasuk pemuda tunawisma, imigran, orang dengan masalah kesehatan mental, dan manula," kata Inkster.

Para peneliti percaya bahwa Facebook dapat membantu meningkatkan deteksi faktor kesehatan mental. “Kita cenderung lebih dapat mengandalkan data Facebook daripada informasi berasal dari individu sendiri secara offline yang sementara masih mencerminkan perilaku offline,” rekan penulis studi Michal Kosinski dari Stanford Graduate School of Business di AS menambahkan.

Informasi berguna tentang pengguna

Ini juga memungkinkan peneliti untuk mengukur konten yang sulit dinilai secara offline. Seperti intensitas percakapan, dan untuk mencapai ukuran sampel yang sebelumnya sulit didapat. Pembaruan status, pembagian, dan pemberian ‘like’ dapat menjadi informasi tentang pengguna. Demikian kata para peneliti mencatat dalam penelitian yang muncul dalam jurnal Lancet Psychiatry.

"Hubungan Facebook dapat membantu mereka yang tengah bermasalah tentang harga diri. Juga memberikan persahabatan bagi individu yang terisolasi secara sosial," kata Inkster. "Kami tahu bahwa remaja yang terisolasi secara sosial lebih mungkin menderita depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Jadi batu loncatan online ini dapat mendorong pasien untuk membentuk kembali koneksi sosial offline," tambahnya.

Hubungan online, yang berpotensi mengarah ke offline, secara sosial ini dapat memberikan dukungan bagi individu yang rentan. Misalnya saja remaja tunawisma, serta populasi yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental.

Penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan ini terkait dengan pengurangan asupan alkohol dan penurunan gejala mirip depresi. Tidak seperti komunitas pasien virtual, keuntungan menggunakan situs jejaring sosial, terutama Facebook, adalah orang secara alami menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, yang membahas kekhawatiran tentang terbatasnya durasi partisipasi dalam komunitas virtual, kata studi tersebut. [*]

“Karena ‘Sehat itu Gampang’ mari kita praktikan Olahraga, Diet dan Kesehatan Mental”


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.