Sebelum Kena, Kenali dan Hindari Obesitas!

4
header-img
  • Percaya atau tidak, banyak juga mereka yang kelebihan berat justru tak tahu apa itu obesitas dan risikonya.
  • Dua hal untuk hindari obesitas yakni memonitor berat badan secara rutin dan konsisten dengan pola hidup dan pola makan sehat.

noDokter - Percaya atau tidak, banyak juga mereka yang kelebihan berat justru tak tahu apa itu obesitas dan ancamannya. Jadi tidak mengherankan bila mereka tetap mempertahankan kebiasaan buruk yang selama ini telah menjadi gaya hidup. Makan sembarangan, dalam arti tak memperhatikan kandungan kalori dari apa yang menjadi asupan tubuh, misalnya. Yuk hindari obesitas.

Obesitas, sebagaimana mengutip Mayo Clinic, adalah kondisi penumpukan jumlah lemak yang terlalu banyak pada tubuh. Menurut WHO, penumpukan lemak tersebut terjadi karena asupan energi yang tidak seimbang dengan pengeluaran energi  dalam jangka waktu lama.

WHO menjelaskan dua hal yang arahnya jelas menuju obesitas, di antaranya:

  • Peningkatan asupan makanan padat energi yang tinggi lemak dan gula.
  • Peningkatan ketidakaktifan fisik karena semakin menetapnya berbagai bentuk pekerjaan, pergantian moda transportasi, dan meningkatnya urbanisasi.

Mayo Clinic sendiri menambahkan beberapa faktor lain yang memengaruhi terjadinya obesitas. Hal tersebut adalah:

Faktor keturunan dan pengaruh keluarga

Gen warisan dari orang tua dapat mempengaruhi jumlah lemak tubuh dan di mana lemak tersebut didistribusikan.

Genetika juga dapat berperan dalam seberapa efisiennya tubuh mengubah makanan menjadi energi, bagaimana tubuh mengatur nafsu makan, dan bagaimana tubuh membakar kalori selama berolahraga.

Selain itu, kebiasaan makan dan aktivitas yang sama dalam sebuah keluarga juga dapat memengaruhi terjadinya obesitas.

Salah satu cara menghindari obesitas adalah dengan disiplin dan teratur mengukur berat badan.

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti:

-Memiliki pola makan yang tinggi kalori, kurang buah dan sayur, penuh makanan cepat saji, dan sarat dengan minuman berkalori tinggi dan porsi besar.

-Mengonsumsi minuman yang mengandung banyak kalori yang tidak mengakibatkan rasa kenyang seperti alkohol dan minuman ringan bergula.

-Tidak banyak bergerak.

-Penyakit tertentu seperti sindrom Prader-Willi, sindrom Cushing, atau penyakit seperti artritis yang mengakibatkan penurunan aktivitas dapat memengaruhi penambahan berat badan.

-Obat-obatan seperti beberapa antidepresan, obat anti kejang, obat diabetes, obat antipsikotik, steroid dan beta blocker dapat menyebabkan penambahan berat badan jika tidak mengimbanginya melalui diet atau aktivitas.

-Masalah sosial dan ekonomi, seperti tidak tersedianya area untuk berolahraga, tidak adanya akses informasi tentang cara memasak yang sehat, tidak tersedianya akses makanan sehat, serta pengaruh dari orang yang sering menghabiskan waktu bersama.

Usia

Dengan bertambahnya usia, manusia mengalami perubahan hormon dan pola hidup yang jarang beraktivitas.

Selain itu, bertambahnya usia juga mengurangi jumlah otot tubuh yang mengakibatkan berkurangnya metabolisme. Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan kebutuhan kalori dan dapat mempersulit penurunan berat badan.

Kehamilan

Peningkatan berat badan merupakan hal yang biasa terjadi selama kehamilan. Namun, beberapa wanita merasa kesulitan untuk menurunkan berat badan setelah setelah bayinya lahir.

Penambahan berat badan pada masa kehamilan dapat berkontribusi pada terjadinya obesitas pada wanita. Umumnya, menyusui dengan ASI merupakan pilihan terbaik untuk menurunkan berat badan.

Berhenti merokok

-Umumnya, orang yang berhenti merokok biasanya mencari pelarian untuk tidak kembali merokok dengan makanan.

-Kurang tidur, menyebabkan perubahan hormon yang meningkatkan nafsu makan.

-Stres yang melampiaskannya dengan mengonsumsi makanan berkalori tinggi.

Mikrobioma

Bakteri usus berasal oleh apa yang Anda makan dan dapat menyebabkan penambahan berat badan atau kesulitan menurunkan berat badan.

Kategori Obesitas

Biasanya, Indeks Massa Tubuh (BMI) untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak. BMI sebagai panduan kasar karena tidak selalu sesuai dengan tingkat kegemukan untuk setiap individu.

BMI tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, seperti misalnya atlet olahraga yang berotot mungkin termasuk kategori obesitas namun mereka sebenarnya tidak memiliki lemak tubuh yang berlebih.

Dalam perhitungannya, BMI menghitung berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Menurut WHO, orang dewasa dapat masuk kategori mengalami obesitas apabila memiliki BMI lebih besar atau sama dengan 30.

Untuk anak-anak, pengkategorian obesitas berdasarkan umur.

-Untuk anak di bawah umur lima tahun, mereka disebut obesitas apabila berat badan per tinggi badan lebih besar dari tiga standard deviasi di atas median.  Standar Pertumbuhan Anak WHO.

-Sementara anak berusia 5-19 tahun masuk kategori obesitas apabila memiliki BMI lebih besar dari 2 deviasi standar di atas median Referensi Pertumbuhan WHO.

Dalam kesehatan, obesitas merupakan hal yang berbahaya karena merupakan penyebab berbagai macam penyakit, di antaranya:

-Penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung dan stroke), yang merupakan penyebab kematian utama pada tahun 2012.

-Diabetes.

-Beberapa jenis kanker (seperti kanker endometrium, payudara, ovarium, prostat, hati, kandung empedu, ginjal, dan usus besar).

Mayo Clinic juga menambahkan beberapa komplikasi penyakit yang dapat berasal dari obesitas, yaitu:

-Masalah pencernaan seperti mulas, penyakit kandung empedu, dan masalah hati.

-Masalah ginekologis dan seksual seperti kemandulan dan menstruasi tidak teratur pada wanita serta disfungsi ereksi pada pria.

-Apnea tidur, yaitu terhentinya pernapasan secara berulang saat tidur.

-Osteoartritis akibat meningkatnya tekanan pada sendi karena menahan beban akibat obesitas, serta meningkatkan peradangan di dalam tubuh.

-Gejala Covid-19 yang parah

Sementara di usia anak-anak, obesitas biasanya terkait dengan beberapa hal, seperti:

-Kemungkinan untuk mengalami obesitas, kematian dini, dan kecacatan di masa dewasa yang lebih tinggi;

-Kesulitan bernapas;

-Peningkatan risiko patah tulang;

-Hipertensi;

-Penanda awal penyakit kardiovaskular;

-Resistensi insulin;

-Efek psikologis.

Hindari Obesitas

Walaupun memiliki berbagai macam risiko penyakit, obesitas sebenarnya dapat kita cegah dengan dukungan dari lingkungan dan masyarakat dalam memilih makanan yang lebih sehat dan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Anda dapat mengatasi sebagian besar faktor risiko melalui pola makan, aktivitas fisik dan olahraga, serta perubahan pola hidup.

Pada level individu, setiap orang dapat menerapkan beberapa langkah hindari obesitas dengan:

-Membatasi asupan energi dari total lemak dan gula;

-Memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta kacang-kacangan dan biji-bijian;

-Melakukan aktivitas fisik secara teratur (60 menit sehari untuk anak-anak dan 150 menit selama seminggu untuk orang dewasa).

Mayo clinic juga menambahkan upaya pencegahan lain seperti:

-Memonitor berat badan secara rutin;

-Konsisten dengan pola hidup dan pola makan yang sehat.

Namun, keberhasilan langkah-langkah tersebut tetap terpengaruh lingkungan dan masyarakat, terutama industri makanan. WHO sendiri berkeyakinan,  industri makanan memiliki peran penting dalam mempromosikan diet sehat, yaitu dengan cara:

-Mengurangi kandungan lemak, gula dan garam pada makanan;

-Memastikan bahwa makanan sehat dan bergizi tersedia dan terjangkau bagi semua konsumen;

-Membatasi pemasaran makanan tinggi gula, garam dan lemak, terutama makanan untuk anak-anak dan remaja;

-Memastikan ketersediaan pilihan makanan sehat dan mendukung praktik aktivitas fisik secara teratur di tempat kerja. [ ]

Sumber: Mayo Clinic


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.