Omicron Semakin Merebak, Stop Pakai Masker Kain!

21
header-img
  • Para ahli tidak merekomendasikan penggunaan masker kain untuk menangkal varian Omicron.
  • Walau menggunakannya sebagai lapisan luar, efektivitasnya masih di bawah standar yang direkomendasikan.

noDokter - Semakin meluasnya varian baru virus COVID-19, Omicron, membuat para ahli mengingatkan masyarakat untuk menggunakan masker yang tepat. Pertanyaannya, bagaimana masker yang tepat tersebut?

Menurut Dr. Leana Wen, salah satu profesor di George Washington University Milken Institute of Public Health, kita harus menggunakan masker medis 3 lapis. Masker ini tak lain adalah masker sekali pakai yang bisa Anda temukan di banyak apotek ataupun toko lainnya.

Sayangnya, masyarakat masih saja memilih masker jenis lain, misalnya yang terbuat dari kain untuk melindunginya dari virus. 

Baca Juga: Mengenal Omicron, Varian Baru Virus COVID-19

Masker Kain Tidak Ampuh Menangkal Virus Omicron

Masker kain tidak ampuh menangkal droplet kecil/Pixabay

Dengan banyaknya masker sekali pakai yang beredar, masyarakat masih banyak yang memilih menggunakan masker jenis kain. Alasannya mungkin lebih hemat karena bisa dipakai berkali-kali, serta desainnya yang cukup beragam.

“Masker kain tak lebih dari sekadar dekorasi untuk wajah. Masker jenis ini sama sekali tidak bisa menangkal Omicron.” Jelas Dr. Leana, mengutip dari CNN

Leana juga mengungkapkan bahwa peringatan untuk tak menggunakan masker kain ini sebenarnya sudah para ahli gaungkan selama beberapa bulan terakhir. 

Masker kain memang dapat menangkal droplet berukuran besar, tapi tidak ampuh mencegah droplet berukuran kecil

Oleh karena itu, para ahli menyarankan jika memang ingin tetap menggunakan masker kain, Anda bisa menggunakannya sebagai lapisan luar setelah masker medis. 

Ganti Pakai Masker Medis

Contoh masker yang direkomendasikan para ahli dengan efektivitas >90%/Pixabay

Masker sekali pakai kini beredar luas di pasaran, dengan berbagai model serta warna. Namun, yang para ahli sarankan adalah masker medis yang memiliki efektivitas di atas 90% seperti N95, KN95 dan KF94. 

Masker jenis ini memiliki material tertentu, seperti serat polipropilen yang mencegah partikel kecil masuk ke hidung atau mulut. 

The National Institute for Occupational Health & Safety membagikan daftar masker medis yang disetujui, yang dapat ditemukan di beberapa toko perlengkapan rumah, pengecer, dan toko obat. 

Masker ini harus memiliki cup, lipatan datar atau paruh bebek, kemudian dua tali yang melingkari kepala, juga jembatan hidung kawat yang dapat Anda sesuaikan. Tak lupa ada tanda yang menunjukkan persetujuan NIOSH.

Omicron Menjadi Varian yang Paling Cepat Menyebar

Sejak ditemukannya pertama kali di Afrika Selatan pada November 2021 lalu, varian baru ini tak lama diumumkan sebagai Variant of Concern (VOC) oleh WHO. Walau sejauh ini, pasien yang terkena mengalami gejala ringan, namun para ahli memastikan bahwa varian ini berpotensi menyebar dengan sangat cepat. 

Hal ini karena Omicron memiliki sekitar 30 mutasi pada protein spike yang bisa mengikat sel pada tubuh manusia. Mutasi protein inilah yang mengakibatkan virus bisa menyebar lebih cepat dari varian lain.

Menurut associate profesor University of Massachusetts Dartmouth, dr. Erin Bromage, dengan kecepatan mutasi yang Omicron miliki, hanya surgical mask yang bisa menangkal droplet. Sementara masker terbuat dari kain memiliki tingkat kemungkinan kebocoran hingga 75%.

Negara lain seperti Jerman dan Austria juga sudah mengganti prosedur penggunaan masker untuk masyarakatnya, menjadi surgical mask dengan efektivitas di atas 90%.

Baca Juga: CDC AS Keluarkan Pedoman Baru Penggunaan Masker

Dengan banyaknya rekomendasi berbeda tentang penggunaan masker, sudah saatnya Anda mengganti masker kain dengan masker sekali pakai yang memiliki filtrasi di atas 90%. Anda mungkin bisa menggunakan masker kain di lapisan luar setelah masker sekali pakai, namun efektivitasnya masih kurang dari 90%.

Terutama ketika Anda akan pergi ke tempat ramai, alangkah baiknya untuk upgrade masker terlebih dahulu, daripada malah membahayakan kesehatan.

[*]

Sumber: CNN Health, US Centers for Disease Control and Prevention


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.