Serial “Maid”: Mengenal Emotional Abuse, Kekerasan Sering Diabaikan

20
header-img
  • Emotional Abuse atau kekerasan emosional menjadi salah satu kekerasan domestik yang dapat mempengaruhi kesehatan mental.
  • Ciri-ciri kekerasan emosional yang menonjol adalah perilaku manipulatif dan menghina.

noDokter - Serial Netflix “Maid” yang sedang populer, banyak menceritakan emotional abuse dalam kehidupan keluarga. Sang pemeran utama, Alexandra Russell, mengalami kekerasan emosional oleh kekasihnya. 

Berkaca dari serial tersebut, emotional abuse memang seringkali orang abaikan. Banyak orang mengira, bahwa jika Anda tak terluka secara fisik, maka Anda bukan korban kekerasan.

Padahal, faktanya, kekerasan emosional juga termasuk ke dalam domestic violence atau kekerasan dalam berumah tangga. 

Lalu, apa ciri-ciri dari kekerasan emosional dalam lingkungan keluarga? Dan bagaimana caranya mendapatkan bantuan? Kita akan bahas selengkapnya.

Pengertian Emotional Abuse

Emotional Abuse adalah perilaku menghina, memanipulasi, ataupun mengkritik dengan tidak melibatkan fisik. Tidak berhenti sampai sana, setiap perilaku yang melibatkan emosi dan bisa menyakiti perasaan korban bisa kita definisikan sebagai kekerasan emosional.

Mengutip Verywellmind, emotional abuse bisa berupa kata-kata kasar atau buruk yang dilontarkan seseorang sehingga korban merasa harga dirinya terlukai dan merusak kesehatan mentalnya.

Tujuan mendasar kekerasan ini adalah mengontrol perilaku korban dengan mengisolasi serta membungkam mereka. Akhirnya, si korban akan perlahan kehilangan kepercayaan serta jati dirinya yang selama ini Ia jaga.

Ciri-ciri Emotional Abuse

Kekerasan emosional memang sulit kita kenali. Malah terkadang, kebanyakan korban tidak menyadari bahwa Ia merupakan korban kekerasan emosional.

Yang perlu kita ketahui, kekerasan emosional berbeda dengan konflik. Adanya konflik dalam setiap hubungan, tentu wajar dan sehat-sehat saja. Namun, tidak, dengan kekerasan emosional.

Untuk mengenali ciri-ciri umum dari emotional abuse, Safe Horizon merilis daftarnya.

  • Mengabaikan Perasaan dan Privasi

Kita semua memiliki ruang privasi masing-masing. Walaupun dengan pasangan, atau orang tua sendiri, kita berhak menjaga ruang tersebut untuk diri sendiri. 

Jika, mereka mulai tidak menghargai privasi Anda bisa jadi itu adalah tanda kekerasan emosional. Contoh tindakan mengabaikan privasi adalah mengecek ponsel tanpa permisi. 

  • Selalu Mengkritik dan Menghakimi

Karitikan memang wajar dalam setiap perdebatan. Namun, jika Anda terus-terusan dikritik tanpa diberi ruang untuk mengemukakan pendapat, bisa jadi Anda adalah korban dari emotional abuse.

Pelaku juga biasanya menghakimi korban dengan menghinanya di depan publik, menjadikan lelucon, hingga menganggap apa yang Ia lakukan selalu benar.

  • Manipulatif

Ciri emotional abuse ini cukup susah untuk Anda kenali, karena biasanya pelaku akan membuat korban tidak menyadari siapa yang sebetulnya harus Ia salahkan.

Biasanya pelaku kekerasan jenis ini akan melontarkan kata-kata yang membuat korban malah menyalahkan dirinya sendiri. Korban juga bisa meragukan jati dirinya dan terus stuck dalam pikiran tersebut.

  • Terlalu Posesif dan Mengontrol

Kekerasan emosional juga bisa terjadi ketika pelaku terlalu mengontrol segala tindakan korban. Ia akan memantau segala aktivitas korban dan akan langsung bereaksi jiga korban tak melakukan sesuai perintahnya.

Tindakan mengontrol ini juga akan membuat korban terisolasi dari lingkungan sekitar. Pelaku juga biasanya tak akan senang jika korban menghabiskan waktu bersama orang lain.

Cara Keluar dari Jeratan Kekerasan Emosional

Korban kekerasan emosional biasanya susah sekali untuk keluar dari jeratan hubungan toxic yang Ia miliki. Verywellmind merilis bahwa korban biasanya terjebak, kemudian kembali lagi ke kubangan yang sama, sehingga siklus berulang. 

Konsultasi ke Pihak Berwenang Bisa Menjadi Jalan Keluar Emotional Abuse/Pixabay
  • Hubungi Kerabat Terdekat

Untuk benar-benar keluar dari jeratan kekerasan ini, yang pertama Anda harus lakukan adalah, cari pertolongan dari kerabat terdekat. Anda bisa menghubungi siapapun yang Anda percayai dan menceritakan semua yang Anda rasakan.

  • Hubungi Lembaga Berwenang/Psikolog

Jika Anda tak mempercayai siapapun, Anda juga bisa menghubungi lembaga berwenang yang bisa membantu keluar dari permasalahan ini. Salah satunya, psikolog ataupun komunitas khusus korban kekerasan rumah tangga. 

  • Jangan Pernah Kembali 

Kemudian, ingat selalu untuk jangan terlena dengan kata-kata manis pelaku ketika sedang tak emosi. Akan ada masa, si pelaku terlihat baik-baik saja dan bahkan membuat Anda ingin memaafkannya.

Namun, ingat untuk jangan pernah kembali ke kubangan yang sama. Karena pelaku kekerasan emosional memiliki kecenderungan untuk kembali melakukan hal yang sama di kemudian hari.

Sumber: Tirto, Verywellmind, PopBela, Safe Horizon.


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.