Mengatasi Tokophobia, Ketakutan Berlebihan Kepada Hamil

1
header-img
  • Tokophobia adalah ketakutan berlebihan kepada kehamilan dan melahirkan. Biasa terjadi pada wanita yang belum melahirkan, atau pernah mengalami trauma kehamilan.
  • Pada kasus-kasus yang ekstrem, penderita akan membatasi hubungan seksual hingga melakukan aborsi jika terlanjur hamil. Kalau pun mempertahankan, ia mungkin akan memilih melahirkan dengan cara operasi.

noDOKTER—Kehamilan dan melahirkan pun selalu menjadi saat-saat mendebarkan bagi perempuan. Persoalannya, ada di antara para wanita yang mengalami ketakutan berlebihan akan keduanya: kepada kehamilan dan kepada saat-saat melahirkan. Ketakutan berlebihan atau fobia jenis ini disebut tokophobia.

Sekilas tentang tokophobia

Istilah tokophobia menjadi penamaan untuk rasa takut yang berlebihan, sehingga menganggap kehamilan dan melahirkan sebagai sesuatu yang sangat menakutkan dan berbahaya bagi dirinya. Tidak hanya dapat terjadi pada wanita yang belum pernah hamil, tokophobia pun bisa terjadi pada wanita yang pernah mengalami trauma semasa kehamilan atau persalinan sebelumnya.

Rasa takut hamil dan takut melahirkan yang sangat kuat ini sampai bisa mengakibatkan wanita tidak ingin hamil. Tokophobia terbagi menjadi dua jenis, yaitu tokophobia primer dan tokophobia sekunder.

Sering-sering berkonsultasi ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi kehamilan dan memberikan ketenangan kepada ibu hamil.

Dua jenis tokophobia

  • Tokophobia primer : terjadi pada orang yang belum pernah hamil dan melahirkan

Rasa takut yang tidak wajar ini terjadi pada wanita yang belum pernah hamil atau melahirkan. Selain itu, dapat pula terjadi pada wanita yang mengalami pengalaman buruk di masa lalu, misalnya pelecehan seksual, pemerkosaan, dan melihat proses persalinan yang mengalami penyulit atau pendarahan. Phobia ini dapat muncul saat remaja hingga wanita dewasa yang telah menikah.

Ketika melihat orang hamil atau melahirkan atau sekadar memikirkannya, penderita tokofobia dapat mengalami cemas dan gelisah berlebihan, dada berbedar-debar, mimpi buruk, bahkan depresi. Ia akan cenderung menghindari topik pembicaraan yang berhubungan dengan kehamilan dan proses melahirkan.

Tidak sedikit wanita yang menderita tokophobia memutuskan untuk tidak hamil walaupun ia ingin memiliki momongan karena sulit mengendalikan perasaan takutnya.

  • Tokophobia sekunder: muncul karena pengalaman melahirkan yang buruk

Phobia terhadap kehamilan atau persalinan pada wanita yang sudah pernah melahirkan,  dikenal dengan istilah tokophobia sekunder. Rasa takut ini biasanya muncul akibat pengalaman melahirkan yang buruk, seperti keguguran atau bayi meninggal.

Terkadang, gejala post-traumatic stress disorder (PTSD) pun bisa terjadi setelah melahirkan. Tak jarang pula tokophobia merupakan kondisi depresi setelah melahirkan karena gejalanya mirip.

Sebagian penderita tokophobia akan menggunakan segala cara untuk tidak hamil dan melahirkan. Ia akan membatasi hubungan seksual hingga melakukan aborsi jika terlanjur hamil. Jika terlanjur hamil dan ingin mempertahankannya, ia mungkin akan lebih memilih melahirkan dengan cara operasi.

Jika tidak segera tertangani, penderita dapat mengalami masalah dalam hubungan seksual dengan pasangan, terlebih jika pasangannya ingin memiliki anak. Selain itu, wanita yang menderita tokophobia sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan pasca-melahirkan.

Segera konsultasikan

Penderita tokophobia seharusnya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan. Jika  analis dokter menganggap perlu, dokter akan merujuk ke psikiater atau psikolog. Namun, sebelum melakukan hal tersebut, kita dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Curhat kepada orang yang dipercaya

Lakukanlah hal ini agar tokophobia tidak semakin parah. Langkah awal ini dapat kita coba dengan berbagi cerita pada orang-orang terpercaya, misalnya pasangan, keluarga, atau sahabat. Minta penderita mengungkapkan semua yang terasakan. Dengan dukungan moral dari orang lain, perasaan takut hamil dan kecemasan yang muncul pun bisa terasa lebih ringan.

  • Ikuti Kelas kehamilan

Cobalah untuk mengikuti kelas kehamilan. Penderita akan mendapat bimbingan ilmu- ilmu kehamilan dan cara persalinan yang membuat dirinya semakin matang dan kuat untuk menghadapi. Penderita akan mendapatkan informasi akurat tentang apa yang terjadi selama masa kehamilan dan apa yang dapat lakukan untuk mengatasi nyeri persalinan.

  • Konsultasi ke psikoterapis

Psikiater atau psikolog akan melakukan pemeriksaan kejiwaan terlebih dahulu. Setelah itu, penderita akan menjalani konseling dan psikoterapi dengan psikiater atau psikolog.

Terapi ini akan sangat membantu penderita menghadapi ketakutan yang ia rasakan. Jika penderita serius dan yakin dalam menjalani konseling, biasanya rasa takut pun dapat teratasi dengan baik.

Pada dasarnya, phobia kehamilan dan melahirkan ini dapat diatasi. Hanya saja penanganannya membutuhkan waktu, kesabaran dan dukungan dari pasangan serta orang-orang terdekat. [ ]


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.