Tantangan Dokter Tangani Pasien Telekonsultasi Covid

1
header-img
  • Tantangannya kita tidak bisa melihat atau mendengar lansung tingkat keparahan pasien Covid.
  • Pasien sering terlanjur mengobati sendiri, jadi sebagai seorang medis harus memikirkan bagaimana solusinya.

noDokter – Telekonsultasi atau telemedicine kini menjadi metode yang banyak digunakan terutama saat pandemi. Apa tantangannya menangani pasien dengan cara telekonsultasi Covid seperti ini?

“Ada banyak tantangan dalam telekonsultasi terutama dalam mendiagnosa pasien terutama Covid-19. Tapi dokter berusaha mendiagnosa dan memberikan saran medis terbaik bagi pasien,” ujar Dokter Abednego Okthara Sebayang, dari  Rumah Sakit Setio Husodo, Kisaran, Sumatera Utara, saat dihubungi noDokter, kemarin.

dr Abednego Okthara Sebayang

Menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan itu, dalam dunia kedokteran dalam mengidentifikasi penyakit pada pasien memerlukan beberapa cara. Seperti anamnesis atau wawancara, pemeriksaan fisik, inspeksi atau melihat, dan mendengar dengan stetoskop atau oskultasi. Ada juga dengan sentuhan atau palpasi, meraba bagian nyeri, hingga perkusi atau mengetuk apakah ada masalah di dada atau perut.

Ketika melakukan telekonsultasi atau telemedicine, lanjut Dokter Abednego, dokter akan kehilangan beberapa aspek dari pemeriksaan. Ini merupakan tantangan bagi medis. Kita hanya mendiagnosa dari hasil wawancara baik secara autoanamnesis atau berbicara langsung dengan pasien dan alloanamnesis atau berbicara dengan keluarganya. Yang terakhir ini biasanya karena pasien tidak mampu berbicara atau anak-anak.

“Tantangannya kita tidak bisa melihat atau mendengar lansung tingkat keparahan pasien misalnya Covid. Tidak tahu juga bagian mana yang mengalami gangguan suara atau tidak bisa melakukan pemeriksaan lanjutan. Misalnya dengan foto torax atau foto dada rontgent,” tambah lulusan Universitas Nomensen Medan ini.

Pasien Sudah Lakukan Pengobatan Sendiri

Ia menambahkan, tantangan selanjutnya, karena telekonsultasi ini bersifat free alias gratis, pasien tidak memberitahukan apa penyakit penyertanya. “Saking paniknya, bahkan seringkali si pasien tidak memperkenalkan nama,” timpalnya. Mereka juga terkadang sudah melakukan pengobatan sendiri seperti obat herbal, ada juga yang sudah menggunakan obat-obat antiviral. Mereka melakukan itu setelah membaca pesan-pesan broadcast di grup-grup medsos.

“Ini menjadi tantangan buat kami untuk memberikan edukasi yang baik. Karena pemberian antivirus yang baik pada pasien covid, sebaiknya di bawah 7 hari atau 5 hari. Mengapa? Karena itu lah masa replikasi pada virus. Kalau di atas itu, kita menekankan kepada bagaimana menangani gejalanya,” jelas dokter Abed.

Mereka sudah terlanjur mengobati sendiri, jadi sebagai seorang medis harus memikirkan bagaimana solusinya. Apakah obatnya diteruskan atau tidak. Kalau misalnya tidak terjadi efek samping seperti mual atau muntah, pengobatanya diteruskan sampai obatnya habis. Sementara kalau ada keluhan kita minta stop mengonsumsi obatnya karena mungkin tidak cocok.

Ia mengakui layanan telekonsultasi Covid ini ia lakukan setelah hatinya tergerak membantu masyarakat yang kebingungan menghadapi pandemi Covid ini. Saat memulai layanan ini, situasi Covid memang sedang parah. “Saya ingin membantu meringankan warga yang terkena Covid. Pasien yang saya tangani sempat mencapai 2.000 orang. Apalagi pesan layanan ini juga banyak dibroadcast sama pihak-pihak lain termasuk Kak Igun (Ivan Gunawan),” katanya.

Apa saja keluhan yang paling banyak? Menurut dr Abed, pasienya lebih banyak mengeluhkan sesak napas, kehilangan penciuman, kehilangan rasa, demam, dan nyeri tenggorokan. Keluhannya ini merupakan gejala-gejala dari infeksi flu.

Terhadap keluhan itu, ia memberikan saran pengobatan tanpa resep dokter. “Saya bersyukur banyak yang tertolong dengan saran pengobatan ini. Kebanyakan pasien yang konsultasi juga pasien isoman dengan gejal-gejala yang ringan dan sedang,” jelasnya lagi. [*]


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.