Beladiri Wing Chun, Luwes Berdasarkan Gerakan Refleks

- Wing chun termasuk salah satu seni beladiri yang tengah mendapatkan banyak peminat di Tanah Air.
- Wing chun memusatkan gerakan pada kelenturan sikut, bergerak secara refleks. Berlatih wing chun akan membuat focus, kontrol, serta koordinasi dan keseimbangan tubuh meningkat.
WWW.NODOKTER.COM--Seiring populernya film “Ip Man”—yang mencapai sekuel kelima, sekian serial, dengan melibatkan peran protagonist berbeda-beda—nama beladiri wing chun pun kian berkibar.
Dari film-film tersebut, kita menyaksikan ilmu beladiri yang efektif, luwes namun mematikan, dominan berfokus pada gerakan tangan. Dari kecepatan dan keluwesan gerakan tangan itulah, orang mengenal dan mencintai wing chun.
Sejarah yang tidak pasti
Sejarah kemunculan wing chun tidak terlalu jelas dan pasti. Konon, beladiri ini tercipta atas kreasi seorang pendeta wanita Cina bernama Ng Mui, tanpa tahun yang pasti.
Suatu hari, Ng melihat pertarungan antara ular dan burung bangau, kemudian ia mengambil pelajaran dan mengombinasikannya dengan kungfu shaolin untuk menciptakan kungfu gaya baru.
Ng menjadi guru Yim Wingchun yang terpaksa menikah dengan jenderal militer setempat. Ng mengajari Yim ilmu barunya untuk menyingkirkan jenderal itu. Yim pun menikah dengan Leung Bok Chau dan menurunkan ilmu bela diri kepada suaminya.
Leung menyebut teknik ini dengan nama "Wing Chun Kuen" untuk menghormati istrinya. Teknik inilah yang kini bernama "Wing Chun Kungfu". Menurut instruktur wing chun di Indonesia, Martin Kusuma, asal-usul wing chun sebagaimana versi Ip Man tersebut belum pasti kebenarannya.

"Memang sengaja dikaburkan. Waktu itu Cina dalam masa perang. Kalau ketahuan pendirinya, pasti nyawanya terancam. Saat itu wing chun memang tersebar secara tertutup." Menurut Martin, cerita pendeta wanita itu memang filosofi yang paling terkenal. Tapi menurut dia, secara rasional itu tidak mungkin. “Tidak ada pendeta wanita, semua pendeta itu laki-laki,"kata dia.
Usia 80-an masih melatih
Martin mulai mendalami wing chun sejak 2010. Ia mempelajari bela diri ini langsung dari Samuel Kwok, murid anak kedua Ip Man, Ip Ching.
"Setelah belajar dari Samuel Kwok, saya juga sempat belajar langsung dari Ip Ching. Sekarang beliau sudah 80-an tahun dan masih mengajar. Kakaknya, Ip Chun, sudah 90 tahun dan juga masih mengajar,"kata Martin.
Menurut Martin, semua orang bisa mempelajari dan melakukan beladiri wing, tak terkecuali orang tua dan wanita. Alasannya, wing chun merupakan bela diri yang tidak menggunakan kekuatan. “Dengan memusatkan gerakan pada sikut, para pengguna wing chun melakukan gerakan berdasarkan refleks,” kata Martin.
"Intinya, ini adalah bela diri yang 'kosong tapi isi'. Semua jurus bergerak tanpa kekuatan, namun tetap bisa menghancurkan lawan,"kata dia.
Setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda untuk menguasai wing chun. Ada yang bisa menguasainya hanya dalam tiga bulan, ada pula yang sudah lebih dari setahun namun belum bisa melakukan gerakan-gerakan wing chun dengan sempurna.
Menurut Martin, akan lebih mudah mengajarkan seseorang yang belum memiliki dasar bela diri ketimbang yang sudah. "Untuk belajar wing chun kita harus benar-benar rileks. Nah, mengubah seseorang yang memiliki dasar bela diri untuk bisa tetap rileks itu tidak gampang.”
Membuat fokus, kontrol dan keseimbangan tubuh meningkat
Menurut guru wing chun yang lain, Sifu Siauw Wie Sen, manfaat terbesar wing chun pada kepribadian orang, adalah dampaknya pada pikiran. “Wing chun mengajarkan pertahanan diri yang terus-menerus, pikiran yang terfokus, kontrol dan keseimbangan tubuh, serta penyelarasan postur tubuh dan kesehatan,” kata Sifu Siauw Wie.
“Manfaat wing chun mencakup kontrol tubuh, koordinasi dan keseimbangan. Ini luar biasa, mirip dengan mempelajari kembali bagaimana tubuh kita bekerja,” kata dia.
Itu sekaligus mempelajari dengan dalam bagaimana tubuh bergerak, dan wing chun mempelajari cara paling efisien dan kuat bagaimana tubuh dapat bergerak.
Karena itu, kata Sifu Siauw Wie, setelah cukup lama berlatih, praktisi wing chun seharusnya akan merasa tubuhnya lebih terkoordinasi. Tidak hanya dalam latihan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. (*)