Awas, Ancaman Serangan Jantung Saat Bersepeda!

- Bersepeda dalam kelompok, dengan menempuh jarak jauh, kini tengah menjadi trend
- Jangan memaksakan diri. Bila terasa sakit di dada yang menimbulkan nyeri, berhenti dan istirahat dulu, kalau pun mau meneruskannya lagi.
noDokter - Di saat olahraga bersepeda tampaknya tengah berada di puncak popularitas dan sangat nge-trend, seringkali pegiatnya lupa menjaga kehatian-hatian. Awas serangan jantung saat bersepeda.
Bukan sekali dua kita membaca meninggalnya para pesepeda saat menikmati gowes di alam terbuka. Yang tergolong paling baru adalah meninggalnya staf khusus mantan Menteri ESDM Ignatius Jonan, Hadi Mustofa, di tengah keasyikan bersepeda di kawasan Hutan Universitas Indonesia, beberapa waktu lalu.
Dari kebanyakan korban meninggal saat bersepeda, hampir semuanya karena serangan jantung. Menurut pendiri Mainsepeda.com, Azrul Ananda, di saat pandemi dan orang tergerak berolahraga untuk menjaga kondisi tubuh, maka bersepeda adalah olahraga yang banyak dipilih.
“Yang terancam bahaya adalah para pemula yang tidak tahu cara (bersepeda) yang benar, lalu timbul hal-hal yang tidak diinginkan,”kata Azrul dalam sebuah perbincangan yang disiarkan di akun YouTube BNPB.
Tingginya minat berolahraga
Menurut Azrul, seharusnya datangnya kegemaran berolahraga itu harus diimbangi dengan pengetahuan seputar olahraga tersebut secara baik dan benar. Olahraga harus mengikuti langkah-langkah yang sesuai.
“Jika jika memaksakan diri dan terlalu berat dalam mengejar target, misalnya, ngotot ingin mencapai 100 km dalam sekali perjalanan sementara belum terbiasa, itu bisa membahayakan kesehatan,” kata dia.
Ahli jantung dr James O’Keefe menegaskan, saat berlahraga seperti bersepeda, jantung akan berdetak lebih cepat karena harus memompa darah terus-menerus. Padahal kemampuan jantung ada batasnya.
“Kita harus terbuka terhadap kemungkinan adanya batas, dan jika melewati batas tersebut bisa berakibat buruk pada jantung,”ujar dr O’Keefe.
Memaksa diri
Dokter O’Keefe mengatakan, olahraga kardio yang berlebihan menyebabkan sejumlah kerusakan kecil dalam jangka pendek. Cedera kecil ini segera berubah menjadi cedera jangka panjang yang lebih berat, yang dapat melukai jantung dan pembuluh darah.
“Seiring waktu, perubahan jangka panjang ini meningkatkan risiko serangan jantung, arteri koroner dan di beberapa kasus bisa terjadi henti jantung,” kata dia. Kalau jantung berhenti, siapa pun tahu apa yang terjadi.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada atlet jika tidak memperhatikan porsi latihan dan kondisi tubuh. Sebuah studi menjelaskan bahwa olahraga semacam atletik bisa memberikan beban pada kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan dapat menimbulkan risiko gagal jantung yang tidak terdeteksi.
Dalam olahraga rekreasi seperti bersepeda pun, kejadian kematian jantung mendadak itu terbukti meningkat. Apalagi jika individu tersebut memiliki penyakit penyerta.
Sesuaikan lamanya bersepeda
Saat melakukan olahraga kardio yang melatih jantung seperti bersepeda, mungkin Anda merasakan detak jantung lebih cepat yang berujung pada rasa sakit di dada. Saat itu terjadi, Anda harus istirahat untuk mengembalikan denyut jantung kembali normal, baru kembali bisa melanjutkan gowes.
Untuk masyarakat umum, The American Heart Association merekomendasikan sekitar 150 menit aktivitas fisik (moderat) sedang per minggu. Hal itu termasuk aktivitas seperti gerak jalan, jogging, berenang, serta bersepeda ringan.
Mari gowes bersama, hanya ingat, jangan memaksakan diri agar terhindar dari konsekuensi buruk akhirnya. Jika memiliki riwayat penyakit jantung, atau faktor yang mengacu pada serangan jantung, konsultasikan pada dokter Anda sebelum memulai olahraga bersepeda. (*)