Myth Buster: Terapi Uap Membunuh Virus?

5
header-img
  • Beberapa pihak mengklaim menambahkan bahan lain ke dalam air mendidih atau uap dapat menambah kemanjuran terapi ini.
  • Terapi uap dapat membantu meredakan pilek atau flu namun studi ilmiah menunjukkan bukti kegunaannya masih kurang.

noDokter - Melakukan terapi uap diklaim dapat membantu membunuh virus corona. Banyak pesan beredar di media sosial tentang manfaat melakukan penguapan ini. Namun apakah terapi seperti ini benar-benar efektif atau hanya mitos alias isapan jempol?

Beberapa pihak mengklaim menambahkan bahan lain ke dalam air mendidih atau uap dapat menambah kemanjuran terapi ini. Seperti jeruk atau lemon, minyak peppermint, bawang putih, jahe, kayu putih atau minyak esensial lainnya bahkan sabun cair. Teknik ini akan membunuh virus di saluran hidung dan tenggorokan Anda.

Terapi ini bisa dilakukan dengan cara merebus air dengan campuran bahan lain, lalu meletakkan wajah mereka di atas uap. Kemudian Anda menghirupnya untuk membunuh atau menghilangkan virus corona. Beberapa postingan menyarankan pengguna untuk melakukan ini selama 15 menit atau berapa lama yang bisa mereka lakukan.  

Mengutip Healthline, udara hangat dan lembab bekerja melonggarkan lendir di saluran hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Ini dapat meredakan gejala pembuluh darah yang meradang dan bengkak di saluran hidung Anda.

Meskipun menghirup uap tidak menyembuhkan infeksi, seperti pilek atau flu, namun dapat membantu merasa jauh lebih baik. Tetapi seperti halnya pengobatan rumahan, penting untuk mempelajari praktik terbaik sehingga Anda tidak melukai diri sendiri saat melakukannya.

Apa Manfaat Menghirup Uap?

Hidung tersumbat dipicu oleh peradangan pada pembuluh darah sinus. Pembuluh darah dapat teriritasi karena infeksi saluran pernapasan atas akut, seperti pilek atau infeksi sinus.

Manfaat utama menghirup uap lembab dan hangat adalah dapat membantu meredakan iritasi dan pembengkakan pembuluh darah di saluran hidung. Kelembaban juga dapat membantu mengencerkan lendir di sinus Anda, yang memungkinkannya lebih mudah mengosongkannya. Ini dapat memungkinkan pernapasan Anda kembali normal, setidaknya untuk waktu yang singkat.

Menghirup uap dapat memberikan beberapa bantuan sementara dari gejala:

  • Flu
  • Infeksi sinus (sinusitis infeksiosa)
  • Bronkitis
  • Alergi hidung

Satu tinjauan dari enam uji klinis mengevaluasi terapi uap pada orang dewasa dengan flu biasa memiliki hasil yang beragam. Beberapa peserta mengalami pengurangan gejala, tetapi yang lain tidak. Selain itu, beberapa peserta mengalami ketidaknyamanan di dalam hidung akibat menghirup uap.

Uji klinis lain baru-baru ini mengamati penggunaan inhalasi uap dalam mengobati gejala sinus kronis. Namun, penelitian tersebut tidak menemukan bahwa menghirup uap bermanfaat untuk sebagian besar gejala sinus, kecuali sakit kepala.

Meskipun hasil studi klinis telah beragam, bukti anekdotal mengklaim bahwa menghirup uap membantu meringankan:

  • Sakit kepala
  • Hidung tersumbat
  • Iritasi tenggorokan
  • Masalah pernapasan yang disebabkan oleh jalan napas tersumbat
  • Saluran hidung kering atau teriritasi
  • Batuk

Terapi Uap Apakah Efektif?

Mengutip Nytimes, studi laboratorium menunjukkan, misalnya, bahwa rhinovirus, penyebab paling umum pilek, tidak aktif pada suhu di atas 109 derajat Fahrenheit. Namun sejumlah penelitian gagal menemukan bukti kuat bahwa dosis udara yang dipanaskan dan dilembabkan membuat perbedaan bagi penderita pilek dan bersin.

Pada tahun 2006, sebuah laporan di The Cochrane Database of Systematic Review memeriksa obat dengan menggabungkan data dari penelitian sebelumnya. Laporan tersebut mencakup enam uji coba terkontrol secara acak di mana penderita flu terkena uap air panas.

Tiga dari penelitian menunjukkan manfaat, sementara yang lain menemukan gejala yang memburuk. Beberapa lainnya menunjukkan tidak ada perubahan sama sekali dalam tingkat antibodi atau pelepasan virus.

Salah satu penelitian tersebut, yang dilakukan di Klinik Cleveland dan diterbitkan dalam The Journal of American Medical Association pada 1994. Penelitian mencakup 68 penderita pilek yang menjalani perawatan uap selama 60 menit yang meningkatkan suhu di dalam hidung hingga mencapai 109 derajat Fahrenheit yang diperlukan. Perawatan tidak berpengaruh pada gejala seperti hidung tersumbat dan bersin.

Pada akhirnya, laporan Cochrane menyimpulkan bahwa menghirup uap tidak boleh menjadi rekomendasi sebagai obat untuk pilek sampai studi double-blind lebih membuktikan kegunaannya.

Sementara itu mengutip Reuters, baik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menyarankan terapi uap dengan bahan apa pun sebagai obat untuk virus corona. Seorang perwakilan CDC kepada Reuters mengatakan, tidak mengetahui adanya studi ilmiah yang menunjukkan terapi uap membantu membunuh virus corona.

Terapi uap dapat membantu mengencerkan lendir sebagai tindakan tambahan untuk meredakan pilek atau flu. Namun secara keseluruhan, studi ilmiah yang menunjukkan bukti kegunaannya masih kurang.

Waspadai Risikonya

Selain itu, praktik tersebut membawa risiko. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Spanish Pediatrics Association mencatat: "Tampak jelas bahwa terlepas dari bagaimana SIT (Terapi Inhalasi Uap) diterapkan, itu membawa risiko cedera luka bakar. Teknik menutupi kepala dengan handuk di atas panci berisi air panas berbahaya karena uap, cairan, atau kemungkinan kontak dengan wadah."

American Burn Association menjelaskan, "Air panas akan membakar kulit pada suhu yang jauh lebih rendah dari titik didih (212°F/100 °C). Faktanya, hanya butuh 3 detik dari paparan air 140 °F/60 °C untuk menyebabkan luka bakar yang cukup serius sehingga memerlukan pembedahan!".

Jadi Anda boleh mencobanya tetapi tetap harus dengan kehatian-kehatian. Jangan pula berharap terlalu besar karena belum ada studi yang pasti yang menyebutkan penguapan bisa membunuh virus. Yang jelas, Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan, melakukan 5M menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penularan Covid-19. Jangan lupa tetap menjalankan diet, olahraga dan kesehatan mental untuk menjaga kekebalan tubuh selama pandemi. [*]


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.