Belanja Online, Seberapa Berbahaya Bila Kecanduan?

1
header-img
  • Meski membantu memnuhi kebutuhan tanpa harus berpayah-payah mendatangi toko, belanja online bisa menyebabkan kecanduan.
  • Para peneliti menemukan, mereka yang kecanduan belanja online cenderung menderita depresi dan kecemasan.

WWW.NODOKTER.COM-- Salah satu fungsi kemajuan teknologi adalah memberikan kemudahan bagi kehidupan. Begitu pula kemajuan teknologi internet yang membuat kita kian mudah dalam berbelanja, termasuk belanja barang dan aneka keperluan sehari-hari. Namun hati-hati dengan belanja online, Anda bisa kecanduan.

Namun jangan salah, tidak jarang orang yang pada akhirnya berbelanja tanpa melihat kebutuhan, melainkan hanya karena kemudahan dan rasa ingin. Apalagi bila mereka dirayu dengan sekian banyak iming-iming diskon dan tawaran peluang hadiah dari situs tersebut, kendati barang itu tidak kita butuhkan.

Jika Anda merasa kecanduan belanja online, bahkan melakukannya sebagai kegiatan harian, berhati-hatilah, bisa jadi Anda menderita gangguan mental.

Gangguan kesehatan mental tersendiri

Sebuah studi yang terpublikasi dalam jurnal “Comprehensive Psychiatry” mencatat bahwa dari 122 orang penderita ‘buying-shopping disorder’ (BSD), 34 persen dari mereka memiliki gejala kecanduan belanja online. Para peneliti juga menemukan bahwa mereka yang kecanduan belanja online cenderung menderita depresi dan kecemasan.

Berbelanja langsung dan bersama keluarga, merupakan cara sehat menghambat keinginan berlebihan belanja online.

Menurut penelitian, BSD umumnya terlihat dari adanya kesenangan ekstrem dengan keinginan untuk membeli, serta keinginan tak tertahankan untuk memiliki barang-barang konsumsi. Pasien-pasien BSD membeli lebih banyak barang-barang konsumsi daripada mereka yang lebih mampu secara ekonomi.

Barang-barang hasil pembelian itu seringkali sebenarnya tidak perlu benar atau tidak terpakai. Para peneliti dari Hannover Medical School, Jerman, itu kemudian mengusulkan agar ada kesepakatan sehingga BSD menjadi kondisi kesehatan mental tersendiri. Studi tersebut juga menekankan, BSD terjadi pada sekitar lima  persen orang dewasa di negara-negara berkembang.

Psikoterapis di Hannover Medical School, Dr Müller mengatakan, inilah saatnya BSD terpisah dari kondisi kesehatan mental lainnya, selain perlu ada pengetahuan lebih mengenai BSD yang tersampaikan melalui internet.

BSD, terutama yang melalui pengisian formulir online, bisa mengakibatkan lingkaran hasrat ekstrem untuk membeli barang-barang dan mendapatkan kepuasan ketika menghabiskan uang. Karena pecandu belanja kemungkinan besar memiliki kecenderungan untuk menimbun barang, mereka seringkali menimbulkan kekacauan.

Mereka kerap menghabiskan uang melebihi jumlah yang bisa mereka bayar sehingga hal itu seringkali menimbulkan kesusahan ekstrem.

Apa saja gejalanya?

Lalu, apa saja gejala kecanduan belanja online? Berikut gejala-gejala yang gampang terlihat:

  • Berbelanja ketika merasa marah atau frustrasi.
  • Tidak memiliki kontrol terhadap kebiasaan berbelanja.
  • Memiliki konflik dengan orang-orang terdekat akibat perilaku belanja mereka.
  • Merasa bersalah dan malu setelah pelesiran berbelanja,
  • Mengalami kecemasan dan euforia saat berbelanja.

Bila Anda pernah merasakan gejala di atas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli ilmu jiwa atau konsultan kejiwaan.(*)


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.