Mythbuster: 5 Mitos Tambah Berat Badan Setelah Liburan

19
header-img
  • Anggapan berat badan akan naik secara signifikan setelah liburan ternyata mitos belaka.
  • Faktanya, kita masih terjebak dengan berbagai mitos kenaikan berat badan yang mungkin malah membuat kita tidak menikmati momen liburan.

noDokter - Liburan, selain identik dengan kegiatan melepas stress, juga identik dengan kuliner khas sesuai dengan musim ataupun tempat yang dituju. Namun, bagi Anda yang selalu memperhatikan berat badan, pasti akan terganggu dengan anggapan bahwa akan ada kenaikan signifikan setelah liburan. 

Padahal, tahukah Anda, anggapan tersebut hanyalah mitos belaka. Berikut kami tampilkan 5 mitos populer tentang kenaikan berat badan setelah liburan, yang mungkin bisa membuat Anda lebih rileks dan menikmati momen spesial tersebut.

1. Berat badan naik siginifikan setelah liburan

Ini mitos yang paling populer beredar di masyarakat. Faktanya, jika Anda naik berat badan setelah musim liburan, biasanya tidak terlalu signifikan. 

Menurut penelitian “A Prospective Study Of Holiday Weight Gain” dalam jurnal The New England Journal of Medicine, rata-rata kenaikan selama musim liburan hanya sekitar 0,48 kilogram. 

Kabar baiknya lagi adalah, kenaikan berat badan tersebut akan kembali ke awal, ketika Anda sudah menjalankan hidup sehat lagi usai liburan. 

Coba minum lebih banyak air putih, mulai kembali beraktivitas fisik serta makan makanan sehat, berat badan akan cepat kembal seperti normal.

2. Makanan khas liburan jadi alasan utama makan banyak

Makan bersama kerabat bisa mendorong makan lebih banyak dari biasanya/Pixabay

Anda mungkin menyalahkan opor ayam ketika Hari Raya Idulfitri, atau kue jahe ketika Hari Natal sebagai penyebab nafsu makan bertambah selama musim liburan. Sayangnya, ini tidak benar. 

Alasan utama Anda makan banyak saat musim liburan, bukan karena jenis makanannya, tapi karena Anda makan bersama sanak keluarga atau rekan. 

Riset dari University of Birmingham menyebutkan bahwa ketika Anda makan bersama kolega terdekat, Anda akan makan 48% lebih banyak daripada biasanya.

Nah, untuk menghindari “overeating” selama berkumpul dengan keluarga, ada baiknya Anda mengubah kebiasaan. Jika biasanya bercengkrama di hadapan makanan, cobalah melakukan kegiatan lain tanpa melibatkan makanan.

3. Olahraga ketat selama liburan bisa mencegah kenaikan berat badan

Jika Anda masih berpikir, tak apa makan sebanyak-banyaknya, asal olahraga dengan intens, Anda harus berhenti melakukannya sekarang. Karena, hal itu hanyalah mitos. 

Olahraga ketat memang bisa membantu membuang kalori, tapi diet seimbang juga perlu jika Anda ingin membakar lemak.

Studi ini juga dibuktikan oleh para peneliti di Texas Tech University, yang meneliti 2 kelompok berbeda selama liburan. Kelompok pertama, tidak olahraga sama sekali, sedangkan kelompok kedua rutin aktivitas fisik selama 6 minggu liburan.

Kedua kelompok ini ternyata mengalami kenaikan berat badan yang serupa, karena makanan yang dikonsumsi juga sama. 

4. Melakukan detoks setelah liburan adalah hal yang bagus

Sayangnya ini juga mitos. Jika Anda berpikir untuk langsung berpuasa atau melakukan detoks secara drastis, malah bisa membahayakan bagi tubuh.

Diet semacam ini malah akan menjadi malapetaka pada metabolisme Anda dan menyebabkan makan berlebihan sehingga meningkatkan berat badan.

Selebihnya, detoks semacam ini juga tidak begitu berarti, karena berat badan Anda akan kembali ke titik normal ketika balik ke kebiasaan masing-masing dalam waktu 1 bulan.

Jadi, diet drastis tidak membantu, perlahan kembali ke kebiasaan semula dan jangan terlalu menjadikan ini sebagai beban.

5. Ganti makanan khas liburan dengan alternatif yang lebih sehat

Ya, tentu saja, Anda bisa mengganti Greek Yogurt daripada mayonaise, atau shirataki dibanding lontong. Namun, tentunya hal ini bisa menjadi tekanan untuk Anda. 

Dan sayangnya, menurut sebuah studi yang dirilis oleh International Journal of Research in Marketing (2016), menyatakan bahwa orang yang memilih makanan dengan label “sehat” cenderung makan lebih banyak 13% kalori dari seharusnya.

Jadi, tak ada salahnya menikmati makanan khas liburan tentunya dengan porsi yang masuk akal dan diimbangi dengan aktivitas fisik. 

Dan juga, cobalah makan dengan perlahan dengan penuh mindfulness. Hal ini akan mencegah Anda makan terlalu banyak.

[*]

Sumber: Prevention, The New England Journal of Medicine, International Journal of Research in Marketing, Food NDTV


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.