Gangguan Jiwa, Benarkah Bisa Menular?

1
header-img
  • Gangguan jiwa bukan penyakit menular, hanya factor genetic yang terpicu stress bisa menyebabkan hal itu terjadi
  • Trauma, pelecehan, tekanan, bahkan asupan alcohol dan obat-obatan, bisa memicu aktifnya gen tersebut

noDokter - Membaca atau mendengar frasa ‘gangguan jiwa’ sebenarnya cukup mengganggu jiwa kita, bukan? Apalagi di masyarakat pun berseliweran kabar yang mengatakan bahwa gangguan jiwa itu bisa menular. Benarkah?

Bukan penyakit menular

Kalau yang Anda takutkan adalah penularan, lebih takutlah kepada flu daripada gangguan kejiwaan. Artinya, gangguan jiwa tidak menular.

Gangguan jiwa merupakan penyakit yang memengaruhi otak sehingga menggangu keseimbangan kimiawi. Misalnya,  penderita depresi terbukti memiliki serotonin yang rendah.

Kemunculan gejalanya bisa muncul oleh peristiwa dalam hidup yang meninggalkan dampak atau trauma yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, pelecehan anak, atau stress berat jangka panjang.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Kementerian Kesehatan, terdapat sekitar 14 juta orang di Indonesia yang memiliki gangguan jiwa ringan seperti gangguan kecemasan atau depresi, dan 400.000 ODGJ berat seperti skizofrenia — atau yang biasa kita sebut “gila”.

Di Amerika Serikat, 43,8 juta orang dewasa hidup dengan gangguan kejiwaan. Bayangkan kalau menular. Betapa akan besar angka duplikasi karena penularannya.

Bisa diturunkan dari orangtua

Meskipun bukan penyakit menular, gangguan kejiwaan dapat terkatagori sebagai penyakit keturunan.

Gangguan jiwa umum terjadi pada orang yang keluarga sedarahnya juga memiliki gangguan kejiwaan. Gen tertentu dapat meningkatkan risiko Anda terkena gangguan kejiwaan. Hanya perlu stres berat atau kejadian traumatis dalam hidup Anda untuk memicu gen tersebut aktif.

Tidak menular, namun bisa didapat

Seperti yang umum kita ketahui, gen tertentu yang Anda warisi dari salah satu atau kedua orangtua Anda dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kejiwaan. Situasi penuh stres atau kejadian traumatis dalam hidup Anda di masa lalu dapat memicu gen tersebut aktif.

Misalnya saja, pola asuh orangtua yang terlalu keras, menerima kekerasan atau pelecehan fisik dan atau seksual semasa kecil, stres berat jangka panjang. Atau justru asupan alkohol atau obat-obatan yang Anda lakukan dengan santai.

Kerusakan otak yang dapat memicu gangguan kejiwaan juga bisa terjadi karena penyalahgunaan alkohol atau narkoba, cedera berat pada kepala, atau cacat saat lahir.

‘Menular’ secara emosional

Penelitian Golberstein dan kawan-kawan pada 10.000 mahasiswa tahun pertama yang tinggal asrama kampus, menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dapat “menular”.

Begitu pun halnya dengan depresi, meskipun ternyata kemudian hanya berlaku buat pria. Penelitian juga menemukan bahwa ternyata depresi lebih menular ketika orang yang mengalami depresi enggan mengeluarkan unek-uneknya. (*)  


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.