COVID-19 Menantang Kesehatan Mental, Lakukan Langkah Ini

1
header-img
  • Kesehatan mental bukanlah sesuatu yang enteng dan seharusnya pandemi bisa menjadi momentum untuk menyadarinya.
  • Sebelum masalah berubah menjadi pandemi yang lebih besar, ada langkah-langkah mendesak yang bisa Anda ambil.

noDokter – Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak mengherankan jika sebagian masyarakat mengalami kesulitan menghadapi situasi akibat wabah ini. COVID-19 menantang kesehatan mental yang cukup berat.

Pandemi telah menimbulkan isolasi, ketidakamanan pekerjaan, kelelahan yang didorong oleh kurangnya keseimbangan pekerjaan dan kehidupan atau ketakutan tertular COVID. Pandemi menunjukkan kepada kita betapa rentannya kita semua, terhadap krisis dalam proporsi ini.

Menurut penelitian yang lebih baru, pandemi juga menimbulkan tantangan bagi mereka yang belum pernah mengalami atau mengeluhkan masalah kesehatan mental. Sebuah studi yang dilakukan oleh Journal, Frontiers in Psychiatry menemukan bahwa bahkan di negara-negara dengan proporsi atau pertumbuhan kasus COVID yang rendah, ada lonjakan besar dalam jumlah orang yang melaporkan masalah kesehatan mental.

Dalam survei sampel 1.031 pria dan wanita berusia 18 ke atas, orang dua kali lebih mungkin mengalami depresi dan kecemasan. Tekanan keuangan, pembatasan aktivitas dan ketidakamanan pekerjaan disebut-sebut menjadi beberapa faktor utamanya. COVID-19 menantang kesehatan mental masyarakat.

COVID-19 Telah Merusak Kesehatan Mental

Ilustrasi/Getty Images

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa di negara-negara dengan gelombang COVID yang besar. Bahkan mendengar diagnosis dari dekat sudah cukup untuk menimbulkan tantangan emosional bagi orang-orang. Ini bukan pertama kalinya kita mendengar tentang dampak serius dari infeksi pada pikiran.

Studi lain oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pada Juni tahun lalu mengamati bahwa lebih dari 50% kaum muda rentan terhadap penyakit mental. Hal ini terdorong oleh isolasi yang lama, dan usia lanjut lebih cenderung mengalami kesepian. Bagi mereka yang pulih dari COVID-19, ada juga risiko mengembangkan penyakit mental dan masalah kejiwaan, termasuk kecemasan dan PTSD. Benar-benar, COVID-19 menantang kesehatan mental Anda.

Perlu Langkah Segera

Dampak COVID tak hanya kalangan tua, tetapi juga usia muda. Penutupan sekolah dan ruang publik yang juga berdampak pada kesehatan mental anak-anak. Semua ini menunjukkan bahwa kesehatan mental bukanlah sesuatu yang harus kita anggap enteng dan butuh pandemi untuk menyadarinya.

Sebelum kita menunggu hingga masalah berubah menjadi pandemi yang lebih besar, ada langkah-langkah mendesak yang harus diambil. Terutama untuk lebih ramah kepada diri sendiri dan membuat pandemi sedikit mengurangi stres bagi diri kita sendiri.

Berikut beberapa tindakan yang dapat membantu

Tidak Ada Berita Buruk

Doomsurfing adalah trend terbaru yang membuat kita panik tanpa henti. Kabar buruk, peristiwa tentang trauma juga bisa menambah stres. Membatasi ekspos terhadap berita buruk dapat membantu Anda memusatkan pikiran.

Kecemasan COVID Bisa Menular

Kecemasan dapat dengan cepat menyebar, seperti virus dan sebagai manusia, kita dirancang untuk terlalu khawatir. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan saat ini adalah mengontrol bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi tertentu. Lebih penting lagi untuk menyadari bahwa kita tidak memiliki pilihan selain merangkul ketidakpastian dan mengeksplorasi pilihan-pilihan di dalam batasan tersebut.

Bagi mereka dengan penyakit mental yang sudah ada sebelumnya, waktu dapat menjadi lebih membingungkan dan melemahkan. Meskipun Anda merasa baik-baik saja, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan konselor atau terapis khusus, yang dapat membantu Anda menghadapi saat-saat buruk dan tidak membuat stres.

Tuliskan Perasaan Anda

Boleh saja bereaksi dengan cara tertentu setelah menerima kabar buruk. Menyangkal emosi negatif dapat membuat Anda lebih stres, menurut penelitian universitas yang berbasis di California. Beri diri Anda waktu untuk bernapas dan bereaksi. Ini akan membantu Anda menghadapi berita buruk.

Alih-alih menggigit kuku atas apa yang terjadi, pikirkan hal-hal buruk yang bisa terjadi. Ingatlah, betapa pun buruknya, ini bukanlah akhir dari dunia. Ini adalah mekanisme koping yang baik untuk diadopsi. Anda harus fokus pada kekuatan yang Anda miliki dan mencoba untuk tetap positif, dengan cara apa pun yang Anda bisa. [*]


Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.